Rabu, 06 Agustus 2014

Kelompok Wanita Tani (KWT)


Adanya kekayaan potensi wilayah juga didukung dengan program-program yang mampu mengoptimalkan potensi tersebut. Salah satu program yang telah berjalan yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT).
Pada mulanya, KWT dibentuk dengan tujuan untuk mengoptimalkan pekarangan, pembenihan, dan penyemaian. Kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan ini adalah pertemuan rutin setiap hari Jumat Pon yang biasanya diisi dengan penyuluhan atau sosialisasi tentang cara penanaman yang baik, cara pemberantasan hama, hingga diskusi mengenai kendala yang dihadapi.

Seiring berjalannya waktu, warga mulai berinisiatif untuk mengolah hasil pertanian yang ada menjadi makanan ringan sehingga menjadi sebuah usaha yang profitable. Meskipun didirikan oleh salah satu anggota KWT, usaha pengolahan makanan ringan ini juga melibatkan anggota KWT yang lain dalam proses produksinya. Namun demikian, mereka tidak bekerja dalam sebuah keterikatan kontrak kerja  resmi sehingga setiap warga yang berkesempatan membantu diperkenankan untuk membantu namun tidak ada tuntutan untuk menjadi pegawai tetap. Dari seluruh keuntungan yang didapat, 60% digunakan untuk membayar pekerja sedangkan 40% disisihkan untuk kas KWT. Beberapa UKM yang dikelola oleh anggota KWT adalah usaha ceriping singkong, hantaran kue, dan makanan ringan lainnya.

The potentials of this village are also supported with some programs that can optimize them. One of which is Farmerette Association (Kelompok Wanita Tani (KWT)).
Initially, the goal of this association is optimizing land, germination, and raising seddlings. The activity involved is weekly meeting on every Pon (Javanese day) Fridays for a socialization about good planting, wiping out pests, and discussion about the difficulties recently faced.
Later and later, people start to improve their program by having a profitable business from their harvests. They make foods from the harvest and sell them. This kind of job is usually initiated by one member while other members only involved in production process without official contract of working. So that can help freely and don’t bind by particular rule and every person has chance to involve. From the profit gained, they use 60% for salary and 40% for the association.

0 komentar:

 
;