Kamis, 14 Agustus 2014 0 komentar

PROGRAM UKM



Selain menjadi petani, selangkah lebih maju, masyarakat desa Plukaran juga membuka industry rumah tangga yang memanfaatkan hasil pertanian domestik. Mereka mengolah hasil pertaninan tersebut menjadi aneka  olahan makanan yang memiliki nilai jual lebih tinggi dan pasar yang lebih luas. Beberapa UKM yang telah berkembang yaitu:

1.       CERIPING SINGKONG
Produksi ceriping singkong yang terkenal akan rasanya yang khas serta banyak digemari berlokasi di dusun Bengkal, Desa Plukaran. Di dusun ini terdapat empat industry rumah tangga ceriping singkong yang dikelola secara individu namun mereka tergabung dalam sebuah kelompok mitra. Mereka adalah:
1.       Ibu Karsini dengan label “PITALES”, telah mendapat PIRT dari Dinas Kesehatan.
2.       Ibu Sripah dengan label “PUTRI SINGKONG”
3.       Ibu Fuati dengan label “CERIPING KETELA RASA BAWANG”, dan
4.       Ibu Arif yang tergolong baru dan belum memberikan label pada produknya.

Keempat jenis ceriping ini memilki kemiripan rasa tetapi jika dirasakan betul-betul masing-masing memiliki rasa yang khas juga tekstur dan tingkat keempukan serta kerenyahan yang berbeda. Meskipun demikian, proses pembuatan yang dilakukan keempat produsen ini memiliki langkah-langkah yang sama yakni sebagai berikut:

-          Pengupasan singkong (kulit singkong bisa digunakan sebagai makanan ternak)

-          Pemotongan singkong menjadi bagian yang tipis-tipis, bisa berbentuk melingkar atau memanjang

-          Perebusan singkong yang telah dipotong, singkong direbus hingga agak empuk tapi tidak terlalu matang

-          Perendaman. Setelah singkong direbus, singkong direndam dalam bak atau ember besar selama dua hari

-          Penjemuran. Setelah direndam, singkong dijemur dibawah sinar matahari hingga benar-benar kering

-          Setelah dijemur, bakal ceriping ini dibumbui secara merata

-          Pengorengan

-          Pengemasan


Proses produksi ini rata-rata memakan waktu 3-4 hari sampai proses pengemasan.


Keempat ceriping singkong ini telah memiliki pelanggan masing-masing sehingga mereka tak perlu memasarkannya lagi.  Meski berbeda-beda dalam hal rasa dan tekstur keripik yang dihasilkan, serta memiliki brand yang bersaing, dalam hal pemasaran keempatnya selalu over-demand. Bahkan, mendekati hari raya mereka sampai menolak beberapa permintaan karena tak bisa memproduksi ceriping sesuai jumlah permintaan, rata-rata, mereka hanya mengolah 2-4 sak singkong dalam satu hari. Kurangnya produk ini  dikarenakan beberapa faktor diantaranya cuaca, karena dalam proses pembuatannya mengandalkan sinar matahari untuk proses penjemuran, dan faktor ketersediaan bahan baku singkong.
Telah ada inisiatif yang ditawarkan sebagai alternative sinar matahari yaitu oven untuk mengeringkan singkong yang telah direndam. Namun, mereka selalu berdalih bahwa penjemuran alami akan memberikan cita rasa yang khas dan mereka lebih memilih bertahan dengan mengandalkan cuaca meski terkadang cuaca tak bisa diandalkan dan berdampak pada berkurangnya hasil produksi.
Mereka tak berinisiatif untuk memperluas usaha mereka dan menarik pekerja dari luar, selama ini mereka hanya mengandalkan tenaga dari keluraga sendiri. Hal ini dikarenakan tidak adanya tempat produksi yang luas jika ingin memprluar usaha dan pesimisme mereka akan cuaca yang terkadang tak bisa diandalkan. Mereka telah cukup puas dengan hasil yang mereka peroleh sejauh ini.
Berikut adalah daftar harga ceriping singkong untuk masing-masing brand.

A.      Ibu Karsini “PITALES”

CP: 085740720663
Lingkup pasar            : Pati, Colo, Kudus
-Telah mendapat PIRT dari Dinas Kesehatan
-Juga memproduksi ceriping pisang
Harga dalam kemasan yang ditawarkan pada pengepul:
2 ons             :               Rp3500
¼ kg               :               Rp5000
½ kg               :               Rp10000
2 kg                :               Rp35000
2.5 kg            :               Rp43000
Harga di pasar akan lebih tingga lagi

B.      Ibu Sripah “PUTRI SINGKONG”
CP: 0858655600195
Tahun berdiri             : 2007
Lingkup pasar            : Gembong dan sekitar Muria
½ kg               :               Rp20000

C.      Ibu Fuati “CERIPING KETELA RASA BAWANG”
Tahun berdiri                     : 2011
Lingkup pasar                    : Gembong
2 ons             :               Rp3000
½ kg               :               Rp9000
1kg                 :               Rp18000

D.      Ibu Arif – belum memiliki brand

2.       JAMUR TIRAM
Usaha budidaya Jamur Tiram ini berpusat di Dukuh Gilan RT 02 Rw 01, Desa Plukaran dengan Brandnya “ALBAJIGUR”. Bapak Abdullah Mu’zin adalah perintis sekaligus pemilik budidaya jamur tiram yang hingga saat ini telah berjalan selam empat tahun. Dalam pendirian dan pemgembangannya, Bapak Abdullah Mu’zin tidak sendiri melainkan bersama 15 pekerja yang juga merupakan anggota kelompok budidaya jamur tiram.
Proses penanaman dan perawatan jamur tiram harus mengikuti langkah-langkah dan beberapa ketentuan yang tidak terlalu sulit. Yang pertama dilakukan adalah proses persiapan yaitu dengan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti baglock, serbuk kayu (biasanya kayu sengon atau kayu landu), gamping, katul, tepung, serta bibit jamur. Kemudian, serbuk kayu, gamping, katul dan tepung dimasukkan ke dalam baglock baru setelahnya bibit jamur dimasukkan ke dalam baglock. Jumlah bibit tiap baglock disamaratakan yakni tiap satu botol F3 (sekitar 600ml) untuk 60 baglock.
Jamur tiram “ALBAJIGUR” menggunakan bibit jamur yang beraal dari Jogja. Tahap selanjutnya, baglock yang telah terisi ini kemudian dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan yang terhindar dari sinar matahari. Proses perawatan juga tidak terlalu rumit yakni hanya dengan secara rutin melakukan penyiraman dan penyuntikan nutrisi. Masa panen baru bisa dilakukan setelah 3-4 bulan dari penanaman bibit jamur pertama. Panen kedua dan seterusnya hanya membutuhkan waktu sekitar 60 hari dari penanaman bibit. Setelah panen, tidak perlu melakukan tahap persiapan seperti diatas, tidak perlu mengganti baglock dan mengisinya lagi dengan serbuk kayu, gamping, katul, dan tepung karena satu baglock yang telah ditanami itu dapat digunakan lagi hingga 5-6 kali panen (termasuk panen yang pertama). Panen dilakukan setelah subuh agar tidak terkena sinar matahari dengan suhu ideal yang dibutuhkan yakni sekitar 18-250C.


Pada prosesnya, penanaman bibit tidak dilakukan serentak dalam satu hari dan kemudian tinggal menunggu panen, akan tetapi setiap hari dilakukan proses penanaman sehingga jumlah bibit yang ada dihabiskan dalam rentang beberapa hari. Hal ini dilakukan supaya pada proses pemanenan nanti juga tidak dilakukan secara serentak dalam satu hari melainkan tiap hari ada jamur yang bisa di panen sehingga dapat memenuhi permintaan setiap harinya.
Skala pemasaran jamur tiram “ALBAJIGUR” melingkupi daerah Pati hingga Kudus. Proses pemasaran dilakukan lewat pengepul baru kemudian dijual di pasar. Harga yang ditawarkan kepada pengepul adalah Rp11.000,00 per kilogram. Jamur yang dijual memang sengaja hanya dalam bentuk jamur segar karena ada kekahwatiran jika dijual dalam bentuk olahan akan menaikkan harga sehingga mengurangi permintaan.
Rencananya Desa Plukaran akan dijadikan sentra jamur tiram, namun usaha jamur tiram yang telah masih memerlukan beberapa pembenahan dalam proses produksinya serta perluasan produksi. Produksi yang telah dilakukan secara keseluruhan dilakukan secara manual sehingga tiap pekerja hanya bisa memproduksi 3-5kg. Ruang penyimpanan yang telah ada pun hanya bisa untuk budidaya jamur skala kecil. Selain itu, sarana seperti vacuum crying juga belum tersedia.
Rabu, 06 Agustus 2014 0 komentar

Kelompok Wanita Tani (KWT)


Adanya kekayaan potensi wilayah juga didukung dengan program-program yang mampu mengoptimalkan potensi tersebut. Salah satu program yang telah berjalan yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT).
Pada mulanya, KWT dibentuk dengan tujuan untuk mengoptimalkan pekarangan, pembenihan, dan penyemaian. Kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan ini adalah pertemuan rutin setiap hari Jumat Pon yang biasanya diisi dengan penyuluhan atau sosialisasi tentang cara penanaman yang baik, cara pemberantasan hama, hingga diskusi mengenai kendala yang dihadapi.

Seiring berjalannya waktu, warga mulai berinisiatif untuk mengolah hasil pertanian yang ada menjadi makanan ringan sehingga menjadi sebuah usaha yang profitable. Meskipun didirikan oleh salah satu anggota KWT, usaha pengolahan makanan ringan ini juga melibatkan anggota KWT yang lain dalam proses produksinya. Namun demikian, mereka tidak bekerja dalam sebuah keterikatan kontrak kerja  resmi sehingga setiap warga yang berkesempatan membantu diperkenankan untuk membantu namun tidak ada tuntutan untuk menjadi pegawai tetap. Dari seluruh keuntungan yang didapat, 60% digunakan untuk membayar pekerja sedangkan 40% disisihkan untuk kas KWT. Beberapa UKM yang dikelola oleh anggota KWT adalah usaha ceriping singkong, hantaran kue, dan makanan ringan lainnya.

The potentials of this village are also supported with some programs that can optimize them. One of which is Farmerette Association (Kelompok Wanita Tani (KWT)).
Initially, the goal of this association is optimizing land, germination, and raising seddlings. The activity involved is weekly meeting on every Pon (Javanese day) Fridays for a socialization about good planting, wiping out pests, and discussion about the difficulties recently faced.
Later and later, people start to improve their program by having a profitable business from their harvests. They make foods from the harvest and sell them. This kind of job is usually initiated by one member while other members only involved in production process without official contract of working. So that can help freely and don’t bind by particular rule and every person has chance to involve. From the profit gained, they use 60% for salary and 40% for the association.
Senin, 04 Agustus 2014 0 komentar

Pertanian dan Perkebunan



Potensi terbesar desa ini adalah lahan pertanian yang subur. Adapun luas lahan yang ada berdasarkan jenis tanamannya adalah sebagai berikut:
Jagung                         : 55 Ha
Kacang gtanah             : 63 Ha
Padi sawah                  : 50 Ha
Ubi Kayu                    : 213 Ha
Jeruk Pamelo               : 1 Ha
Alpokat                       : 0,5 Ha
Mangga                       : 0,5 Ha
Rambutan                    : 0,5 Ha
Durian                         : 0,5 Ha
Nangka                        : 1 Ha
0 komentar

Demografi


Desa Plukaran dihuni oleh 2.926 orang yang terdiri dari 1.442 laki-laki dan 1.484 perempuan dengan total 816 Kepala Keluarga Mayoritas masyarakat Desa Plukaran berprofesi sebagai petani mengingat potensi wilayah desa yang sangat baik untuk dijadikan lahan pertanian. Berdasarkan data dari profil Desa Plukaran tercatat terdapat 849 penduduk memiliki lahan pertanian dan 102 penduduk memiliki lahan perkebunan. Hasil pertanian warga biasanya dipasarkan di daerah pati dan sekitarnya. Selain menjual langsung kepada konsumen, beberapa warga juga mendirikan UKM-UKM yang mengolah hasil pertanian menjadi produk makanan jadi. Selain petani, banyak juga yang berprofesi sebagai peternak. Tercatat sebanyak 400 orang peternak sapi, 816 orang peternak ayam kampong, 183 orang peternak bebek, dan 55 orang peternak kelinci. Profesi lain yang tergolong minoritas secara rinci: Pegawai Negeri Sipil (9 orang), pengraji industri rumah tangga (18 orang), pedagang keliling (15 orang), pembantu rumah tangga (31 orang), POLRI (2 orang), pensiunan PNS/TNI/POLRI (3 orang), pengusaha kecil dan menengah (9 orang), dosen dan karyawan swasta (15 orang).
Kondisi ekonomi masyarakat jika dilihat dari fisik bangunan tempat mereka tinggal tergolong baik. Menurut kepala desa Plukaran, hampir tidak ada rumah warga yang masih menggunakan dinding bambu. Pihak desa telah mengupayakan bantuan dana dari pemerintah guna merenovasi rumah warga yang kurang layak. 
            Di Desa Plukaran telah terdapat beberapa lembaga pendidikan baik formal dan formal keagamaan yakni dua Play Group, satu TK, dua SD/sederajat, tiga Sekolah Islam, dan dua Sekolah Ibtidaiyah. SDN Plukaran 01 pernah menduduki peringkat tiga tingkat Kabupaten Pati pada tahun 2013. Namun, jumlah siswa SDN Plukaran 01 tergolong sedikit yakni hanya 81 siswa dari keseluruhan kelas di tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dikarenakan ada dua lembaga pendidikan dasar yakni SD Plukaran 01 sendiri dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Saat ini banyak warga yang lebih memilih untuk  menyekolahkan anak-anak mereka di MI, salah satu faktor pendukungnya adalah adanya kendaraan antar-jemput untuk siswa MI. Fasilitas ini tentunya sangat mendongkrak minat warga, selain karena pada dasarnya mereka tergolong religius (sebagian besar Muslim). Dengan adanya kendaraan antar-jemput, siswa dapat mencapai MI dengan  lebih mudah. Setelah lulus dari SD dan MI, banyak yang melanjutkan hingga SMP dan SMA dan tidak sedikit yang melanjutkan hingga perguruan tinggi.  Selain pendidikan formal, banyak lulusan SD dan MI yang melanjutkan pendidikan ke pesantren.
           Masyarakat desa Plukaran begitu ramah dengan setiap orang seperti halnya ramahnya mereka dalam menerima mahasiswa KKN yang datang ke desanya. Hubungan kepala desa dan warganya juga terjalin dengan baik. 
 
;